Pentingkah Masa
Orientasi (Ospek) Bagi Pembentukan Karakter?
Ospek (Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus) dari namanya saja
dan kepanjangannya seharusnya tidak berubungan dan berujung pada sengsara.
Ospek sebenarnya adalah sebuah masa orientasi, masa pengenalan. Pengenalan
seseorang di lingkungan yang relatif baru.
Seseorang yang masih bingung kanan dan kiri. Seseorang yang butuh orang lain yang telah lebih dulu paham dan mengerti dunia baru yang akan diamasuki itu seperti apa. Dengan konsep “fun and learning”, bukan tugas dengan membawa telur dengan kuning yang terbelah, atau ikan goreng berkepala kucing, atau roti berbahan tepung serta semen, membawa pakaian ala hula-hula, yang laki-laki jadi perempuan dan sebaliknya. Lalu ada yang komentar “ini kreativitas”, kreativitas dalam dunia pendidikan selalu membawa dampak perbaikan hidup, bukan pembodohan hidup.
Seseorang yang masih bingung kanan dan kiri. Seseorang yang butuh orang lain yang telah lebih dulu paham dan mengerti dunia baru yang akan diamasuki itu seperti apa. Dengan konsep “fun and learning”, bukan tugas dengan membawa telur dengan kuning yang terbelah, atau ikan goreng berkepala kucing, atau roti berbahan tepung serta semen, membawa pakaian ala hula-hula, yang laki-laki jadi perempuan dan sebaliknya. Lalu ada yang komentar “ini kreativitas”, kreativitas dalam dunia pendidikan selalu membawa dampak perbaikan hidup, bukan pembodohan hidup.
Kita semua ingin sukses bukan? Apakah ada yang bercita-cita
gagal dalam kehidupan ini? Kita sekolah, inginnya sukses dan berhasil di
sekolah serta di kehidupan setelah sekolah.
Berikut adalah penelitian dari Thomas J. Stanley. Sukses
secara umum ukurannya hanya 3. Apa itu?
Populer (terkenal), Produktif
(menghasilkan dan menciptakan sesuatu) dan Materi (kekayaan). Penuhi salah satu
maka anda bisa disebut sukses.
Pada tahun 1999, Thomas J. Stanley melakukan penelitian dengan
menggunakan pendekatan materi (uang), hanya orang yang punya kekayaan $1 juta
dollar (sekitar 12 miliar rupiah) yang dapat diteliti dan mengikuti penelitian
yang diadakan oleh beliau. Penelitian ini diikuti sekitar 800 orang lebih, dan
ditemukan faktor pembentuk sukses orang yang meiliki uang sebanyak $1 juta
dollar. Ada 30 aspek, tetapi kita akan belajar dari 5 hal saja, kelima hal
tersebut adalah:
1. jujur kepada semua
orang
2. Mempunyai disiplin yang baik
3. Pintar bergaul
4. Mempunyai pasangan hidup yang mendukung
(dijelaskan lengkap di ebook “Etika Berjatuh Cinta”)
5.Bekerja lebih keras daripada orang lain
Ini adalah penjelasan yang mudah, jika anda mau generasi
tercinta dibawah kita sukses maka tanamkan kelima hal tersebut. Tidak usah
melenceng jauh, bukankah setiap sukses meninggalkan jejak. Tidak perlu
mengatasnamakan atau demi “kreativitas” yang ujung-ujungnya hanya pelecehan
semata dan merusak harga diri peserta didik. Jika ingin membuat permainan,
buatlah permainan yang sehat dan didasarkan pada fondasi suskses yang telah
teruji.
Ada baiknya kita berkaca dari fakta nyata ini, gunakan masa
orientasi dan ospek dengan benar, membangun sesuatu yang bermanfaat kelak.
Tunjukan bagaimana belajar tentang jujur, disiplin, bersosialisasi dan komitmen
terhadap tugas dalam sikap nyata mereka, bukan hanya teori. Mereka perlu
merasakan dan melakukan itu. Nah dalam porsi ini gunakan kreativitaskita
sebagai pendidik untuk memunculkan perilaku tersebut, inilah kreativitas yang
membangun dan memperdayakan peserta didik.
Seandainya rumusan sederhana ini diterapkan di setiap institusi
pendidikan di Indonesia, maka generasi kelak yang akan menduduki Indonesia
adalah generasi yang berkelimpahan dan generasi yang masyur di mata dunia.
Apakah anda memiliki ide yang baik buat mereka yang tercinta? Mulailah dari
sekitar, perlakukan setiap orang dengan baik dan itu akan baik bagi generasi
mendatang.
Marilah berfikir demi anak bangsa. Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar